si pemalas yang sok hebat

Saturday, July 14, 2012

Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia.
Bukan karena aku tidak ingin kamu bahagia,
melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu.

Itu menyakitkan,
seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar.

Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk,
supaya aku dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini
untuk buatku dipenuhi kesiapan, sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit.

Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu,
ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu
mengelilingi tubuhku dan jantungku berdenting
demi kau menari-nari di pikiranku.

Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku, itu karena aku mampu terima kamu apa adanya.

Aku meminta ampun kepada Tuhan,
sebab aku pernah berharap kalau suatu saat,
ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu,
aku ingin tak pernah lagi menginjak bumi.
Sebab hidup jadi terasa bagaikan dinding yang dingin.

Aku harus menjadi paku,
sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya.
Memukul aku, memukul aku dan memukul aku
sampai aku benar-benar menancap kuat.
Pada akhirnya, semoga, tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas.

(Karya: Zarry Hendrik)


0 comments:

Post a Comment

About Me

My photo
Seseorang yang bertapa di sudut (gelap) hatimu.

Twitter Timeline

#diqiddicted

Y!M

Popular Posts

Labels