Pria kelahiran Bukit Tinggi ini adalah kakekku yang hidup dalam 4 (empat) zaman sejarah modern Indonesia, yaitu : masa Kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Kami memanggil beliau dengan sebutan "inyik" (baca: inyi'ak), begitulah sebagian orang padang memanggil sebutan untuk kakeknya. Beliau adalah seorang muslim dan tokoh masyarakat yang tak berhenti memberi makna bagi kehidupan diri, keluarga, dan masyarakat.
Dedikasi, pengabdian, dan keteladanannya dalam mengisi kemerdekaan membuatnya memperoleh apresiasi dan penghargaan dari Departemen Pertahanan sesuai dengan Skep No. 956/VIII/1981 dari Presiden RI berdasarkan Kepres No. 63/TK/tahun 1983. Selain itu beliau juga pernah memperoleh penghargaan Satya Lencana Karya dari Presiden RI sebagai abdi negara, serta tercatat di dalam buku Profil Tokoh Pendidikan & Pendidik Muslim Indonesia yang di terbitkan oleh Pusat Profil Muslim Indonesia 2003.
Itu semua tak lepas dari motto dan prinsip hidup 'inyik' yang sudah melekat dalam dirinya sejak masih mudanya dulu. "berjuang dan bekerja untuk kepentingan masyarakat". Sikap hidup yang demikianlah yang beliau tanamkan dalam kehidupan keluarga maupun mendidik anak-anak Indonesia menjadi manusia yang beramal.
Abdi Negara
Menurut beberapa arsip yg pernah saya baca beliau memulai karirnya sebagai pegawai negeri tahun 1956 pada kantor Departemen Agama RI Sumatera Barat. Beliau mendapat tugas untuk melakukan penyelamatan dan fungsionalis kembali kantor Departemen Agama RI Sumatera Barat bagian utara. Konon katanya kantor di wilayah tersebut telah di tinggal pergi oleh para karyawannya (karena pada saat itu situasi sedang bergejolak disana).
Beliau memberanikan diri menghadap Gubernur untuk dapat memberi perhatian kepada para pegawai di tengah situasi bergejolak itu. Karena bukan lah sesuatu hal yang mudah untuk mengambil gaji dan operasional kantor yang harus diambil di Kota Padang yang pastinya harus melalui wilayah yang di hadang oleh para pasukan-pasukan militer yang sedang bergejolak itu.
Pada saat yang bersamaan beliau sempat menoreh sejarah bagi masa depan pendidikan anak-anak di Sumatera Barat, yaitu dengan menghidupkan kembali sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) yang pada saat itu telah terbengkalai.
Tahun 1968, beliau di pindahtugaskan menjadi Kepala Kantor Departemen Agama RI Kabupaten Padang/Pariaman. Disinilah tingkat kesulitan tugasnya makin tinggi, karena gejolak pemberontakan PKI sangat kental di kabupaten yang sangat besar itu.
Lalu dari Pariaman kemudian 'inyik' di tugaskan untuk memimpin Kantor Departemen Agama pada Propinsi Bengkulu yang saat itu baru dibentuk sebagai pemekaran Propinsi Sumatera Selatan. (sekilas profil tentang beliau di website Kemenag RI prov. Bengkulu)
Jadi bukanlah hal yang mudah pula bagi beliau untuk memimpin kantor baru. Yang lucunya lagi, saat beliau datang ke sana belum ada meja dan kursi kantor, dan tak ada pegawai pula untuk tingkat propinsi. (BAAHH macam mana pula ituu..??)
Konon katanya beliau memperoleh kepercayaan dari Gubernur Bengkulu untuk menyampaikan visi dan misi masyarakat Bengkulu kepada Presiden RI, Soeharto, saat itu. Ada satu hal yang disampaikannya kepada Presiden saat itu adalah, "agar Bengkulu diberi kesempatan dan prioritas untuk membangun pelabuhan laut".
Alasan beliau berkenaan dengan pelabuhan laut itu adalah :
1. Masyarakat bengkulu setiap tahunnya banyak yang pergi haji, tetapi untuk melaksanakan itu mereka hasru ke Palembang atau Jakarta. pastinya itu menjadikan beban yang berat untuk masyarakat.
2. Hubungan ekonomi antara bengkulu dengan daerah pemasaran itu mesti lewat Palembang dan Lampung dulu baru bisa sampai di Jakarta. Maka dengan adanya pelabuhan akan memberikan akses yang cepat dan efisien bagi Bengkulu.
3. Sebagai upaya untuk memperlancar mobilitas masyarakat ke berbagai daerah lainnya.
Walaupun Presiden belum memberi jawaban yang pasti, tapi akhirnya perjuangan itu terwujud juga looh setahun kemudian yang direalisasikan oleh Menteri Perhubungan.
Tahun 1979 beliau di tarik ke Kantor Pusat Departemen Agama RI dengan diangkat sebagai Kepala Sub Direktorat.
Memajukan Pendidikan
Tahun 1985 beliau menginspirasikan berdirinya Yayasan Islamic Center Miftahul Jannah di Jatibening. Yayasan tersebut memfokuskan programnya di bidang pendidikan umum plus. Artinya pendidikan umum sepenuhnya melaksanakan program/kurikulum Depdiknas di tambah pendidikan Agama. Agar anak didik mampu berperan sebagai pribadi muslim yang kokoh dan mantap, serta bertakwa kepada Allah SWT. Yang akhirnya tercetus lah sebuah sekolah yang bernama TK & SD Gembira (Gema Bisikan Rohani Anak).
...bersambung...
nampaknya sekian dulu cerita tentang kakek ku, hal ini bukan karena kesalahan layar komputer anda,, *looh?? terus salah siapa dong?? salah gue?? salah temen2 gue?? #edisiAADC #eaaa. Semua ini memang faktor nyata dari penulis yang sudah capek ngetik + mata udah mulai kriyep2 karena udah jam 04:10 am. tengkiu loh udah menyimak,,
silahkan berkunjung ke :
FAN PAGE FB >>> http://on.fb.me/ccuBwZ
...merci!!...
Dedikasi, pengabdian, dan keteladanannya dalam mengisi kemerdekaan membuatnya memperoleh apresiasi dan penghargaan dari Departemen Pertahanan sesuai dengan Skep No. 956/VIII/1981 dari Presiden RI berdasarkan Kepres No. 63/TK/tahun 1983. Selain itu beliau juga pernah memperoleh penghargaan Satya Lencana Karya dari Presiden RI sebagai abdi negara, serta tercatat di dalam buku Profil Tokoh Pendidikan & Pendidik Muslim Indonesia yang di terbitkan oleh Pusat Profil Muslim Indonesia 2003.
Itu semua tak lepas dari motto dan prinsip hidup 'inyik' yang sudah melekat dalam dirinya sejak masih mudanya dulu. "berjuang dan bekerja untuk kepentingan masyarakat". Sikap hidup yang demikianlah yang beliau tanamkan dalam kehidupan keluarga maupun mendidik anak-anak Indonesia menjadi manusia yang beramal.
Abdi Negara
Menurut beberapa arsip yg pernah saya baca beliau memulai karirnya sebagai pegawai negeri tahun 1956 pada kantor Departemen Agama RI Sumatera Barat. Beliau mendapat tugas untuk melakukan penyelamatan dan fungsionalis kembali kantor Departemen Agama RI Sumatera Barat bagian utara. Konon katanya kantor di wilayah tersebut telah di tinggal pergi oleh para karyawannya (karena pada saat itu situasi sedang bergejolak disana).
Beliau memberanikan diri menghadap Gubernur untuk dapat memberi perhatian kepada para pegawai di tengah situasi bergejolak itu. Karena bukan lah sesuatu hal yang mudah untuk mengambil gaji dan operasional kantor yang harus diambil di Kota Padang yang pastinya harus melalui wilayah yang di hadang oleh para pasukan-pasukan militer yang sedang bergejolak itu.
Pada saat yang bersamaan beliau sempat menoreh sejarah bagi masa depan pendidikan anak-anak di Sumatera Barat, yaitu dengan menghidupkan kembali sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) yang pada saat itu telah terbengkalai.
Tahun 1968, beliau di pindahtugaskan menjadi Kepala Kantor Departemen Agama RI Kabupaten Padang/Pariaman. Disinilah tingkat kesulitan tugasnya makin tinggi, karena gejolak pemberontakan PKI sangat kental di kabupaten yang sangat besar itu.
Lalu dari Pariaman kemudian 'inyik' di tugaskan untuk memimpin Kantor Departemen Agama pada Propinsi Bengkulu yang saat itu baru dibentuk sebagai pemekaran Propinsi Sumatera Selatan. (sekilas profil tentang beliau di website Kemenag RI prov. Bengkulu)
Jadi bukanlah hal yang mudah pula bagi beliau untuk memimpin kantor baru. Yang lucunya lagi, saat beliau datang ke sana belum ada meja dan kursi kantor, dan tak ada pegawai pula untuk tingkat propinsi. (BAAHH macam mana pula ituu..??)
Konon katanya beliau memperoleh kepercayaan dari Gubernur Bengkulu untuk menyampaikan visi dan misi masyarakat Bengkulu kepada Presiden RI, Soeharto, saat itu. Ada satu hal yang disampaikannya kepada Presiden saat itu adalah, "agar Bengkulu diberi kesempatan dan prioritas untuk membangun pelabuhan laut".
Alasan beliau berkenaan dengan pelabuhan laut itu adalah :
1. Masyarakat bengkulu setiap tahunnya banyak yang pergi haji, tetapi untuk melaksanakan itu mereka hasru ke Palembang atau Jakarta. pastinya itu menjadikan beban yang berat untuk masyarakat.
2. Hubungan ekonomi antara bengkulu dengan daerah pemasaran itu mesti lewat Palembang dan Lampung dulu baru bisa sampai di Jakarta. Maka dengan adanya pelabuhan akan memberikan akses yang cepat dan efisien bagi Bengkulu.
3. Sebagai upaya untuk memperlancar mobilitas masyarakat ke berbagai daerah lainnya.
Walaupun Presiden belum memberi jawaban yang pasti, tapi akhirnya perjuangan itu terwujud juga looh setahun kemudian yang direalisasikan oleh Menteri Perhubungan.
Tahun 1979 beliau di tarik ke Kantor Pusat Departemen Agama RI dengan diangkat sebagai Kepala Sub Direktorat.
Memajukan Pendidikan
Tahun 1985 beliau menginspirasikan berdirinya Yayasan Islamic Center Miftahul Jannah di Jatibening. Yayasan tersebut memfokuskan programnya di bidang pendidikan umum plus. Artinya pendidikan umum sepenuhnya melaksanakan program/kurikulum Depdiknas di tambah pendidikan Agama. Agar anak didik mampu berperan sebagai pribadi muslim yang kokoh dan mantap, serta bertakwa kepada Allah SWT. Yang akhirnya tercetus lah sebuah sekolah yang bernama TK & SD Gembira (Gema Bisikan Rohani Anak).
...bersambung...
nampaknya sekian dulu cerita tentang kakek ku, hal ini bukan karena kesalahan layar komputer anda,, *looh?? terus salah siapa dong?? salah gue?? salah temen2 gue?? #edisiAADC #eaaa. Semua ini memang faktor nyata dari penulis yang sudah capek ngetik + mata udah mulai kriyep2 karena udah jam 04:10 am. tengkiu loh udah menyimak,,
silahkan berkunjung ke :
FAN PAGE FB >>> http://on.fb.me/ccuBwZ
...merci!!...
0 comments:
Post a Comment