si pemalas yang sok hebat

Wednesday, September 02, 2009

Rabu, 05 Agustus 2009 | 14:30 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Meski batik telah bermunculan di berbagai belahan dunia, Indonesia boleh bernafas lega, karena akhirnya memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB yang memutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia. Pengakuan akan diberikan pada 2 Oktober 2009 mendatang. “Sudah diproses dan diputuskan bahwa batik Indonesia sebagai pusaka dunia, yang akan diumumkan pada 2 Oktober mendatang,” kata Ketua Umum Yayasan Sekar Jagad, Suliantoro Sulaiman kepada Tempo, dalam acara peragaan busana dalam rangka Jogja Fashion Week di Pagelaran, Keraton, Yogyakarta, Rabu, (5/8).

Yayasan Sekar Jagad adalah salah satu organisasi pecinta batik yang ikut menyiapkan risalah data dan memberikan pernyataan mengenai keberadaan batik kepada UNESCO. Pihak lain yang ikut mengajukan dan menandatangani soal kepemilikan batik Indoneisa ini adalah pemerintah pusat melalui Kantor Dagang Indonesia dan Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono sebagai pemilik Museum Batik Indonesia serta berbagai pihak yang selama ini konsen dengan batik Indonesia.

Hanya saja, Suliantoro memberi catatan, batik yang diakui UNESCO ini adalah batik tulis. “Jadi batik sebagai pusaka dunia adalah batik tulis, bukan batik printing,” katanya. Sebab, bila batik printing, maka belahan negara lain, seperti Hongkong, Malaysia, dan Cina juga telah memilikinya.

Dengan pengakuan ini, dia berharap batik tulis bisa mendunia dan menjadi cenderamata bagi pariwisata Indonesia, khususnya Yogyakarta. Mengenai batik Yogyakarta sendiri, Suliantoro menyatakan batik Yogyakarta kaya akan motif dan salah satu yang unik dan kuno. “Sudah ada sejak zaman Mataram Kuno dan tetap lestari hingga saat ini,” kata Suliantoro. Apalagi Yogyakarta selama ini, juga dikenal sebagai kota budaya.

Dengan pengakuan batik tulis mendunia, berarti juga akan mensejahterakan para pengrajin batik. “Soalnya pengrajin batik tulis sebagian besar tinggal di pesisir, di desa-desa, dan di kampung-kampung. Semoga kini bisa lebih sejahtera,” kata Suliantoro.

Terpisah, Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku belum mendengar soal keputusan UNESCO ini. Namun Sultan mengatakan pengajuan batik Indonesia sebagai kekayaan budaya Indonesia merupakan bentuk proteksi terhadap kekayaan asli Indonesia. “Negara lain berproduksi silahkan saja, tetapi batik Indonesia tetap mendapat pengakuan dunia,” kata Sultan.

dikutip dari : http://www.tempointeraktif.com/

0 comments:

Post a Comment

About Me

My photo
Seseorang yang bertapa di sudut (gelap) hatimu.

Twitter Timeline

#diqiddicted

Y!M

Popular Posts

Labels